Sejarah Kentang
SEJARAH KENTANG
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari
suku Solanaceae yang
memiliki umbi
batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi
kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan
pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika
Selatan.
Tanaman kentang asalnya dari Amerika Selatan dan telah
dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini
merupakan herba (tanaman
pendek tidak berkayu) semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis
cocok ditanam di dataran tinggi.
PETA PERSEBARAN
KENTANG
Menurut sejarahnya,
kentang berasal dari lembah-lembang dataran
tinggi di Chili, Peru, dan Meksiko. Jenis tersebut diperkenalkan bangsa
Spanyol dari Peru ke Eropa sejak tahun 1565. Semenjak itulah, kentang menyebar
ke negara-negara lain -termasuk Indonesia-.
Menurut catatan awal di Indonesia, tumbuhan ini mulai ada semenjak tahun 1794,
dimulai dengan penanaman di sekitar Cimahi.[1] Semenjak
itu, kentang dapat ditemui pula di Priangan dan Gunung Tengger. Pada
tahun 1812,
kentang sudah dikenal dan dijual di Kedu. Sedangkan,
di Sumatra tumbuhan
ini dikenal setahun sebelumnya, 1811. Kentang tumbuh
di pegunungan dengan
ketinggian antara 1000 mdpl hingga 2000 mdpl, pada tanah humus. Tanah bekas
letusan gunung berapi yang berstruktur remah lebih
disukai.
MANFAAT DARI TANAMAN
KENTANG
Kentang dikenali orang sebagai makanan
pokok di luar negeri. Ini karena kentang mengandung karbohidrat.
Di Indonesia sendiri,
kentang masih dianggap sebagai sayuran yang mewah. Namun demikian, kentang
adalah makanan yang enak serta sangat bernutrisi.[2] Juga
dikenali mengandung sejumlah vitamin dari
A, B-kompleks, hingga C, hingga asam folat.
Juga mineral, protein, karbohidrat, karotenoid,
dan polifenol.
Dalam tubuh kentang ini, juga ada zat solanin yang
dikenal sebagai obat penenang, antikejang, antijamur, dan pestisidal.[3] Vitamin
C yang terkandung dalam kentang setiap 100 g adalah 17 mg. Selain terkandung
karbohidrat dan serat-serat, mineral yang ada padanya antara lain adalah zat besi, fosfor, dan kalium.[4] Kompresan
air kentang ini dikenal sangat membantu pengobatan luka pada kulit, terlebih di
negara miskin yang sulit cangkok kulit (skin graft). Namun demikian, manakala
kentang terpapar cahaya, kentang dapat saja membuat glikoalkaloid yang
dinamakan solanin secara berlebih, sehingga jadilah berbahaya untuk dikonsumsi.
Bahaya yang dapat terjadi ialah terganggunya sistem saraf,
terbakar tenggorokan, sakit
kepala, paralisis/lumpuh tungkai, dan badan mendingin. Apabila dosis sudah
3-6 mg, akibat bisa fatal. Pengobatan yang bisa dilakukan ialah memberi arang
aktif/norit, cuci lambung, dan
diberi cairan infus.[3] Sebab
itu, untuk pencegahan terjadinya solanin pada kentang yang hendak dikonsumsi
itu, maka letakkan kentang di tempat yang gelap. Memasak solanin pada suhu
tinggi, dapat menghancurkan sebagian solanin. Juga, hindari mengonsumsi kentang
yang sudah berkecambah dan berwarna hijau di bagian bawah kulit, karena
alkaloid solaninnya sudah tinggi dan sudah sangat beracun.
JENIS-JENIS KENTANG
DI PASARAN
Di pasaran, kentang dipisah-pisahkan menurut ukurannya dan
dinamakan kualitas A, B, C, dan D. Kualitas A adalah yang terbaik. Penyebutan
'kentang kualitas AB' berarti campuran dari kualitas A dan B.
OLAHAN KENTANG
Selain dimasak sebagai sayuran, kentang juga biasa digunakan
untuk teman kongkow atau juga nongkrong. Dengan hanya digoreng, kentang bisa
menjadi camilan yang khas ala café dan tempat berkumpul bagi para anak muda.
Comments
Post a Comment